Story Telling Rori di Rumah Belajar Modern

Selasa 18 April 2017, semesta berkonspirasi dan akhirnya (setelah direncakan semenjak beberapa bulan lalu), saya berkesempatan membacakan cerita RORI. Hurray!
Pilihan jatuh pada Rumah Belajar Modern (RBM), sebuah perpustakaan di daerah Bantul yang telah menjadi rumah kedua bagi saya dan anak-anak saya.



RBM memang kerap menerima kunjungan dari anak-anak sekolah. Selain diajak berkeliling perpustakaan, anak-anak juga akan mendengarkan cerita yang biasanya dibawakan oleh kakak pustakawan/pustakawati. 
Tamu yang datang hari itu adalah murid kelas multiage preparatory 1 SD Tumbuh 2. Rasa senang dan cemas bercampur tak karuan ketika menunggu mereka datang. Senang, karena sudah lama saya menunggu acara ini. Cemas, karena lima tahun belakangan saya hanya membacakan buku untuk pendengar tunggal.
Syukurlah semua berjalan dengan baik. Judul yang saya bacakan pagi itu adalah Salju pertama di Meto. Anak-anak bergantian berkomentar dan bertanya sepanjang sesi cerita.  Rasanya seperti menghadapi setengah lusin kloning Langit (anak sulung saya) sekaligus.
Dari semua celoteh mereka, ada satu yang paling berkesan. Waktu itu saya bertanya siapa yang pernah melihat salju. Tiga anak mengangkat tangan mereka.
Anak perempuan pertama menjawab, “Jepang”
Anak perempuan kedua menjawab, “Prancis”
Anak lelaki ketiga menjawab, “Google.”
Such a practical boy!



Setelah selesai membaca buku, kami bersama-sama membuat kepingan salju. Berbekal gunting dan kertas, anak-anak berkreasi dengan penuh semangat. Tak ada yang cemas dengan hasil karya mereka yang beragam. Mereka tahu bahwa keping salju memang berbeda satu sama lain.



Sesudahnya, kami bersama-sama membuat cerita berantai. Kami duduk dalam sebuah lingkaran. Setiap orang bergantian melanjutkan cerita dengan mengucapkan satu kalimat saja. Kalimat orang terakhir harus menjadi akhir dari cerita. Apapun bunyi kalimat itu. Terbayang kan bagaimana serunya?
Saya memulai cerita dengan kalimat paling standar di seluruh jagat literatur: Pada suatu hari ada sebuah truk pemadam bernama Rori. Seorang anak laki-laki menutup cerita dengan sebuah kalimat epik: Dan Yokendo pun datang untuk mengalahkan banteng.

Tenang sayang, meski tante nggak tahu siapa itu Yokendo, tante nggak akan menuntutmu dengan pasal deux et machina.

It was a joyfull morning after all.

Terima kasih Ibu Ambar, Ibu Gandis dan seluruh staf RBM. Terima kasih Ibu guru dan anak-anak Multiage preparatory 1 SD Tumbuh 2. Terima kasih Mbak Flora dan Mbak Ayun dari Kanisius yang bersedia datang jauh-jauh untuk menemani saya dan sibuk mendokumentasikan acara. Dan…terima kasih Rori sudah bersedia menghibur anak-anak. Sampai jumpa di lain kesempatan.





Comments

Popular posts from this blog

Perempuan-perempuan Hebat di Drama Korea

Ngopi Bersama Alberthiene Endah

Kelas Menulis TaCita 2021 Bersama Kak Reda dan Kak Naya