Posts

Showing posts from July, 2021

Siapa yang Berhak Bercerita? Catatan Pendek dari AFCC Singapore 2021 (4)

Image
     Tema yang juga lumayan banyak dibahas di AFCC adalah tentang keragaman budaya sebagai latar cerita.  Sesi di hari pertama yang saya tonton adalah Culturally Diverse Middle Grade and YA books as the Future of Content . Pembicara untuk sesi ini adalah Kristyn Maslog-Levis , penulis asal Filipina yang sekarang berdomisili di Australia, sedangkan pemandu sesi ini adalah Kim Beeman , seorang kepala pustakawan. Sumber Gambar: tangkap layar dari Laman AFCC      Membaca tentang budaya lain terbukti dapat menumbuhkan empati dan menambah wawasan pembacanya. Ironisnya, tidak banyak buku middle grade terbitan Australia yang menceritakan tentang budaya Filipina. Padahal orang Filipina menempati posisi ke lima sebagai pendatang terbanyak di Australia. Kegelisahan ini terasa lebih berat bagi Kristyn karena putrinya terancam tidak akan pernah mengetahui akar budaya sang ibu. Karena itulah Kristyn mulai menulis tentang budaya dan kenangan masa kecilnya.  Sumber Gambar: tangkap layar dari video re

Menulis Tentang dan untuk Anak Penyandang Cacat -- Catatan Pendek AFCC Singapore 2021 (3)

Image
Disclaimer:  Tadinya saya menulis artikel ini dengan menggunakan istilah difabel atau penyandang disabilitas. Namun ketika saya cek, kata difabel dan disabilitas tidak ditemukan di KBBI, jadi saya ganti dengan istilah penyandang cacat. Sumber gambar: tangkap layar dari video rekaman Sesi luar biasa ini dipandu oleh Leigh Turina yang bekerja di Toronto Public Library sekaligus menjabat sebagai pustakawati IBBY Collection for Young People with Disabilities . Koleksi IBBY terdiri dari 4000 buku anak dan remaja yang ditulis dalam 40 bahasa. Sila kunjungi  untuk melihat-lihat. Oh, mumpung belum telat-telat amat, selamat hari pustakawan bagi semua pustawakan Indonesia. Kalian keren! Kembali ke pembicaraan tentang buku anak, setiap anak (termasuk anak penyandang disabilitas) perlu melihat perwakilan dirinya dalam sebuah cerita. Yang menjadi tantangan bagi penulis adalah cara menciptakan buku cerita anak yang inkulusif, tanpa bersifat stereotyping dan tidak menjadi sebuah karya pornografi i

Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Lingkungan? Catatan Pendek dari AFCC Singapore 2021 (2)

Image
        Penulis Indonesia yang juga menjadi pembicara di AFCC 2017 adalah Yovita Siswanti. Tahun ini Mba Yovita membahas tentang tema lingkungan. Sumber Gambar: Website AFCC 2021 Dalam sesinya, Mba Yovita memaparkan tentang seberapa parah kerusakan lingkungan saat ini. Setelahnya dia berbagi tips cara menulis buku bertema lingkungan. Salah satu hal yang penting untuk dilakukan adalah riset, karena penulis wajib menyampaikan fakta dan data yang akurat. Tak lupa, Mba Yovita juga menunjukkan karya-karyanya dan juga karya penulis lain yang menyoroti isu kerusakan lingkungan. Adakah yang pernah kalian baca? Sumber Gambar: Tangkap layar dari video rekaman Di penghujung sesi, Mba Yovita bercerita tentang literasi digital yang menjadi semakin penting di masa pandemi.  Teknologi mempermudah pembaca mendapatkan buku bagus secara cuma-cuma. Selain itu, sudah banyak kegiatan yang dilakukan secara daring atapun luring untuk mengajak anak-anak melakukan langkah nyata menjaga bumi (seperti yang dilak

Mahir Berbahasa Daerah. Penting Engga, Sih? Catatan Pendek dari AFCC Singapore 2021 (1)

Image
  Tahun ini saya dapat berkat tidak terduga melalui Mba Debby Loekito. Berkat itu berujung pada kesempatan untuk ikut Asian Festival of Children’s Content Singapore secara daring. Syukurlah, bisa jadi reuni daring kami sejak bertemu di AFCC empat tahun yang lalu Dokumentasi Pribadi: Saya, Fanny, dan Mba Debby di Singapore 2017      Tahun ini yang menjadi Country of Focus adalah Thailand. Meski begitu masih ada cukup banyak penulis Indonesia yang berbagi di sesi AFCC. Salah satunya adalah Yulia Loekito. Mba Yulia berbagi tentang pentingnya penggunaan dialek bahasa daerah dalam buku cerita anak sebagai pengenalan budaya dan sarana mengajarkan toleransi. Sesi sepanjang 40 menit tersebut dimoderatori oleh Alex, peneliti bahasa lokal di India Utara. Sumber Gambar: Website AFCC 2021       Mba Yulia menceritakan keprihatinannya terhadap bahasa daerah yang semakin ditinggalkan. Kids zaman now biasanya lebih lancar berbahasa asing daripada berbahasa daerah. Kekhawatiran yang sama mend