Big Bad Wolf 2018 - A much better experience




September tahun ini menyimpan banyak kejutan beraneka rasa buat saya.
Ada pahit,  manis,  asam,  juga asin. 

Ketika menemukan undangan preview sale BBW Surabaya di inbox saya,  ada senang, getir yang bercampur skeptis. 




Senang karena saya kembali mendapat kesempatan untuk menghadiri event buku tahunan yang luar biasa. 

Getir karena undangan datang di saat kondisi dompet kurang prima. 

Skeptis karena tahun lalu pengalaman preview sale saya ngga terlalu menyenangkan. 

but,  what will i lose anyway? 
jadi saya memutuskan untuk datang pada preview sale tanggal 26 september
Karena saya sudah datang tahun sebelumnya (dan karena kemurnian darah A saya mulai luntur digerus kerasnya kehidupan) kali ini saya datang tanpa persiapan.
Saya tidak mengambil tiket sehari sebelumnya.
Saya tidak melakukan cek lokasi, karena sudah tahu seluk beluk Jatim Expo dan yakin bahwa peta penataan buku akan sama dengan tahun lalu.
Dan, saya tidak sempat mengambil uang tunai.

Saya hanya punya perut kenyang terisi nasi padang, sepasang anting-anting tassle dan baterai handphone terisi penuh.


Alih alih datang jam sembilan pagi seperti tahun lalu,  kali ini saya datang jam empat sore sepulang kerja. 
And... it was great! 
Saya masuk disambut oleh lobi yang lengang. Tidak ada antrian mengular di booth pengambilan tiket  maupun pintu masuk 



                           


Area berbelanja pun terlihat manusiawi dan nyaman, meski jejak peperangan tadi pagi masih terlihat jelas. 

Antrian troli menuju loker, 
pembeli yang menjaga trolinya dengan kegarangan kucing beranak. 
sekelompok orang yang duduk di lantai sambil merekap hasil pembelian, 
anak anak yang tertidur di pangkuan ibu, stroller atau lantai,
anak-anak mengamuk yang ditenangkan orang tua dengan belanjaan segambreng (Trust me, I’ve been there),
dan palet kayu yang disingkirkan karena buku yang didisplay sudah amblas. 




Secara keseluruhan, koleksi buku tahun ini tidak jauh berbeda dengan koleksi tahun lalu.
Koleksi buku anak terutama board book, pop up book, flashcard dan interactive book masih mendominasi Hall Jatim Expo.
(hal yang tidak saya lihat dari rak display, tapi dari troli reseller


Koleksi novel untuk dewasa masih terbatas, namun saya menemukan judul baru di section art and photography.

Tahun lalu saya mengelilingi rak dengan sistematis dan membaca buku dengan seksama sebelum membeli.
Tahun ini saya hanya mengincar satu judul saja :Peter Rabbit library by Beatrix Potter.



Apakah itu membuat saya lebih sedikit berjalan?
Tentu tidak.

Hingga dua jam kemudian ketika saya selesai berbelanja, saya tidak menemukan buku tersebut.

Lima orang crew yang saya tanyai mengenai lokasi buku tersebut, dengan ramah dan antusias menunjukkan lima spot yang berbeda.
Meski sudah mendatangi lima tempat yang mereka tunjukkan, tetap saja saya tidak menemukan koleksi buku klasik itu 

Ah well, maybe next time.

When I got my free voucher *wink*

Sinyal selular yang kuat, relaxing live music dan area belanja yang nyaman rupanya kalah dengan sepasang kaki yang lelah.

Pukul enam sore, saya sudah berjalan menuju ke kasir. Meski terbilang penuh, saya tidak harus menunggu lama untuk membayar.



Daaaan….haleluya,
Mereka menerima Debit BCA!

Good job, wolf!

Karena gojek yang saya pesan off line baru akan tiba sejam kemudian, saya memilih nongkrong di Coffee Toffee sama seperti tahun lalu.

Mungkin itulah satu-satunya kejutan yang saya temukan di Bigbadwolf Surabaya 2018.

Antrian di kasir Coffee Toffee mengular hingga ke pintu masuk. Karyawannya terlihat lelah dan kewalahan. Barisan kami berkali-kali putus karena crew BBW lewat membawa troli berisi barang milik customer yang terus tumpah ketika melewati ramp.

Saya mengedarkan pandang dan tidak menemukan satu pun meja kosong.
Kemudian saya melihat ruangan berkaca yang menjanjikan.
Saya pun bertanya pada salah satu bartender.

“Mas, itu ruangan apa?”
“Itu non smoking room, Mba. Tapi sudah dibooking sama rombongan pak Gubernur.”

 Oke. Saya fix patah hati.

Untung saja ada booth Fiesta di dekat pintu masuk. Sebotol green tea dingin sudah bisa menjadi pelipur lara. Setelahnya saya duduk menunggu jemputan di trotoar depan.



Menikmati lalu lintas di Frontage Ahmad Yani yang padat merayap,
barisan ojek online menjemput pelanggan,
dan sibuknya pria pria berbatik lalu lalang sambil berbicara di walkie talkie,
sambil membayangkan wajah anak-anak ketika melihat buku yang saya belikan untuk mereka.

It wasn’t bad. It wasn’t bad at all.

See you next year, Big Bad Wolf!


Comments

Popular posts from this blog

Perempuan-perempuan Hebat di Drama Korea

Ngopi Bersama Alberthiene Endah

Kelas Menulis TaCita 2021 Bersama Kak Reda dan Kak Naya