Exploring Korea With Travelinggeh
Tanggal
19 Desember 2019 saya mendapat kabar bahagia. Visa saya dan Langit untuk
mengunjungi Korea sudah jadi. Yeay! Perjalanan yang sudah kami rencanakan sejak
satu setengah tahun yang lalu akhirnya tiba juga.
Perjalanan ke Hong Kong dengan Cathay Pasific |
Awalnya
saya enggan ikut tur. Selama ini saya mengagungkan kebebasan
mengeksplorasi sebuah destinasi wisata. Namun mengingat waktu persiapan terlalu
singkat, ini adalah musim dingin pertama Langit, dan setelah seminggu belajar
bahasa korea saya masih kebalik pakai kata khamsahamnida dan anyeonghaseo, saya
putuskan untuk ikut tur.
Semalam menginap di Incheon Airport |
Saya
kontak Mba Lina dari travelinggeh dan minta dibuatkan penawaran custom tur
berdua dengan tujuan yang saya pilih sendiri. Lemes beybih. Biayanya terlalu
tinggi. Kami diskusi tentang berapa budget yang saya punya, tempat yang HARUS
saya kunjungi, dan berapa lama saya akan stay di Korea. Jadinya, saya ikut
paket tur yang sudah ada. Tapi di hari terakhir nambah day tur ke destinasi
yang tidak ada di paket.
Semuanya
ditangani dengan teratur, profesional namun personal. Kami diberi
buklet yang isinya what to bring, cara isi lembar custom declare, alamat
penginapan, profil guide, teman satu grup dan jam penerbangan
mereka. Mereka juga membantu menguruskan asuransi perjalanan, peminjaman modem
wifi, bahkan penukaran uang. Untuk orang yang selalu ngurus semuanya
sendiri, saya terpana dengan kemudahan ini.
Menunggu van datang |
Travelinggeh
punya opsi membayar tur dengan mencicil dan harus lunas seminggu sebelum
berangkat. Untuk yang dananya mepet seperti saya, bisa pilih paket
backpacker. Untuk yang ngga biasa
sengsara ada pilihan paket yang lebih enak. Dan yang terpenting,
tur mereka halal.
Meski
Langit kuat jalan dan pada dasarnya adalah anak yang easy to handle, saya
sempat deg-deg an dengan keputusan saya. This trip is meant for her. Dia
mau main salju beneran. Bisa ngga ya dia
mengikuti ritme tur yang ketat? Apakah kami akan bikin repot orang lain?
Karena
itu saya sangat berterima kasih dengan semua pengaturan yang dilakukan
travelinggeh . In the end, saya mendapatkan semua yang saya inginkan dan Langit
sangat menikmati liburannya. Mba Lina memasukkan saya dan Langit ke grup kecil.
Yang Non Army. Saya bisa manyun kalo ikut gadis gadis separo usia saya
fangirling an. Salah satu peserta di grup saya, punya masalah
dengan lutut jadi kami jalan santai dan banyak berhenti untuk istirahat. Good
for Langit.
Ngaso di Cheonggyecheon Stream di suhu minus dua |
Kedua
guide kami, Mba Fika dan Mba Juli sangat membantu selama perjalanan.
Mereka
tegas dengan ketepatan waktu. Kalau ada yang telat ya ditegur.
Mereka aware dengan mood peserta. Kalau saya udah mulai kehilangan kesabaran sama Langit, mereka turun tangan.
Mereka tidak kenal lelah dalam memotret. Di segala cuaca. Catet.
Mereka aware dengan mood peserta. Kalau saya udah mulai kehilangan kesabaran sama Langit, mereka turun tangan.
Mereka tidak kenal lelah dalam memotret. Di segala cuaca. Catet.
Mereka
solutif dalam menghadapi masalah.
Ketika
ada salah satu objek wisata tutup, kami dibawa ke tempat lain yang
serupa.
Ketika ada demo yang menghalangi jalannya bus, kami diberi opsi cara melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan. Taksi atau jalan kaki.Ketika kami sudah kelelahan dan kedinginan, waktu jalan - jalan dipersingkat atau ada destinasi yang di skip.
Ketika ada demo yang menghalangi jalannya bus, kami diberi opsi cara melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan. Taksi atau jalan kaki.Ketika kami sudah kelelahan dan kedinginan, waktu jalan - jalan dipersingkat atau ada destinasi yang di skip.
Ketika saya belanja buanyak dan ternyata lupa bawa dompet, saya diutangi
dulu. Uhuk.
Coba tebak mana guidenya? |
Selama
empat hari saya punya waktu untuk menjelajah Seoul dalam grup kecil,
mengunjungi nami dalam grup besar dan menikmati gunung Seorak berdua saja
dengan Langit.
Selama empat hari, saya ngerasain naik bus dalam kota, bus
eksekutif luar kota, subway, cable car, private van,
taksi bahkan kapal Feri. Kumplit.
Di atas Feri menuju Nami |
Selama
kunjungan di tempat wisata, kami selalu diberi free time. Guide selalu
berusaha memenuhi kebutuhan tiap pesertanya.
Ketika saya dan Langit masih asyik menikmati art museum di istana daeksu, mba Fika mengajak yang lain ngupi ngupi di kafe.
Ketika saya dan Langit masih asyik menikmati art museum di istana daeksu, mba Fika mengajak yang lain ngupi ngupi di kafe.
National Museum of Modern and Contempory Art Deoksugung |
Waktu mba Fika menemani peserta nyalon, pake hanbok, jeprat jepret dan balik
lagi ke salon,
Langit bebas lelarian di taman istana Gyeongbok lalu main di museum anak.
Langit bebas lelarian di taman istana Gyeongbok lalu main di museum anak.
Tangkap tikus digital di Children's museum Gyeongbokgung Palace |
Saat yang lain sibuk selfie di memorable spot Nami island, Langit puas ndeprok mainan salju lalu menghangatkan diri di perpustakaan.
Picture Book Library, Nami Island |
Waktu yang lainnya makan makanan halal, saya puas makan makanan haram. No
judging. *wink*
Everybody happy.
Everybody happy.
Dan
Puji Tuhan salju turun.
Cukup untuk membuat kami merasakan musim dingin yang sesungguhnya.
Cukup untuk membuat kami merasakan musim dingin yang sesungguhnya.
Selain itu kami juga dapat bonus matahari di musim dingin, suhu minus empat dan juga hujan angin.
Berkat
lebih besar yang saya rasakan adalah teman satu grup yang asyik. Bu Ken,
Arinta dan Ela. Mereka hangat dan ramah. Terutama pada Langit.
Jika
ada kesempatan di masa depan, untuk nganter Bening (ini modus yang diajarkan Bu
Ken biar bisa liburan bolak balik) tentu saya akan pakai travelinggeh. Saya
akan berusaha tabah antar anak itu fangirlingan. Karena dia adalah Army.
Comments
Post a Comment