Menulis dari Hati - Chitchat SCBWI Indonesia bersama Kembangmanggis
Berhasil!
Dalam rentang seminggu terakhir, ada beberapa webinar yang
sangat ingin saya ikuti, tetapi saya kurang beruntung.
Pada webinar pertama, panitia lupa menonaktifkan tautan
pendaftaran ketika sebenarnya kuota sudah penuh. Yang kedua, saya alpa
memperhatikan bahwa di dalam surel konfirmasi pendaftaran, ada tautan untuk
bergabung dengan WAG (petunjuk bergabung di acara rupanya diberikan di sini).
Pengumuman acara dari IG @salamanis |
Maka saat melihat poster chit chat SCBWI
Indonesia dari akun Instagram Bu Riama Maslan, saya berdoa supaya bisa
ikut webinar yang satu ini. Syukurlah kemarin malam saya dapat mengikuti acara
dengan baik. Sinyal dan anak-anak aman terkendali. Ketika acara selesai,
baterai ponsel saya tinggal satu persen. Waktu saat itu menunjukkan lewat pukul
sembilan. Sudah waktunya anak-anak tidur. Namun semangat ini begitu meluap-luap
dan harus segera dituangkan sebelum menguap atau mengganggu nyenyaknya tidur.
Jadi saya ambil voice recorder dan mulai merekam.
Perkenalan Pertama
Saya baru kenal kembangmanggis pada tahun 2018. Waktu itu
Audi mengirimkan foto sampul buku Secangkir Cokelat Panas kepada saya
(dan kemudian meminjamkan bukunya pada saya). Dia bilang, ada penulis yang
menuliskan kisah ringan sehari-hari, termasuk kisah tentang kedua anaknya.
Penulis itu juga mengilustrasikan sendiri kumpulan ceritanya (Setelah
acara ini, saya baru tahu bahwa Mba Baby hanya mengilustrasikan buku Secangkir
Cokelat Panas. Sketsa Kembangmanggis lain diilustrasikan oleh Anggit,
putri sulungnya)
Cerita Kerja Tim (Dokumen foto pribadi) |
Saya jelaskan pada mereka pentingnya kerja tim sangat
melewati masa-masa sulit. Sama seperti Mba Baby Ahnan (nama asli penulis Sketsa
Kembangmanggis), Saya juga sangat bersyukur punya dua anggota tim yang hebat.
Sebenarnya kesamaan saya dengan si kembangmanggis hanya pada
dua anak perempuan. Mba Baby sangat sayang binatang dan pandai memasak
(bahkan memiliki bisnis kuliner), sementara saya…
Setelah membaca Secangkir Cokelat Panas, saya pun
membaca sketsa kembangmanggis yang lain di Gramedia Digital. Gatal
Menawar, Anak-anak Tukang dan Jangan Sisakan Nasi dalam Piring. Tidak
semua cerita dalam keempat judul tersebut saya suka. Seperti biasa, jumlah buku
yang saya baca dan jumlah cerita yang akhirnya saya lupa berbanding
lurus.
Namun ada beberapa cerita dari sketsa kembangmanggis yang
masih menempel di kepala, antara lain tentang Aline yang temperamental, bubur
tikus (jangan parno duluan dengan judulnya), dan kebiasan Mba Baby serta kedua
putrinya bercerita tentang mimpi mereka di pagi hari.
Jujur saja saya malah belum pernah membaca karya fiksi
kembangmanggis yang berjudul Tia dan Desa. Harus diagendakan,
nih.
Makna di Balik Nama Pena
Nama kembangmanggis ternyata berasal dari salah satu satu
motif ragam hias geometris Indonesia. Berikut adalah informasi dan gambar
yang saya dapatkan dari laman iwarebatik.org:
Motif Tampuk Manggis |
Motif Sasirangan Tampuk Manggis menggambarkan falsafah buang manggis yang merupakan simbol kesetaraan dan kejujuran. Motif ini menyiratkan bahwa manusia harus mengembangkan sifat jujur dan tulus, menyamakan perilaku luarnya dan pikiran dalamnya
Senada dengan penjelasan di atas, Mba Baby memilih nama tersebut karena bentuk kembangmanggis yang radial simetris dan seimbang ke segala arah. Mirip dengan lingkar mandala (simbol semesta) yang digunakan oleh psikoanalis Carl Jung untuk self therapy.
Dia memilih memakai nama pena karena waktu itu belum cukup
percaya diri untuk dikenal sebagai penulis. Ketika sudah siap menjadi penulis,
Mba Baby malah urung menggunakan nama asli. Apalah artinya nama? Bukankah yang
dibaca adalah karya?
Perjalanan Menulis
Mba Baby menulis karena dia suka membaca sejak kecil. Banyak
cerita dan gambar luar biasa yang begitu membuatnya terkesan hingga masih dapat
diingat sampai sekarang. Tak hanya majalah Kuntjung, dia juga membaca
buku-buku terbitan luar negeri.
Ketika berusia awal dua puluhan, Mba Baby mulai tergerak
untuk menulis sesuatu. Dia menggambarkannya seperti ini: jika seseorang ingin
makan apple pie enak, tetapi tidak bisa mendapatkannya karena toko
kuenya terlalu jauh atau harga terlalu mahal, mungkin pada akhirnya orang itu
akan membuat apple pie sendiri (oh, how I can relate with this
one).
|
Dalam impiannya, Mba Baby melihat buku yang ditulisnya ada di rak, di mana pada halaman sampul tertulis nama kembangmanggis dan logo penerbit terbesar di Indonesia. Karena itulah dia mengawali perjalanan menulisnya sebagai seorang pengarang. Dia mengarang cerita untuk diterbitkan.
Proses karya seorang penulis mengikuti proses subjeknya.
Dengan bertambahnya usia, pengalaman, dan kematangan, Mba Baby menjadi seorang
penulis. Tulisannya berasal dari diri sendiri serta apa yang ingin dan perlu
diangkat.
Menurutnya, hidup tidak pernah menjadi pintar. Orang-orang
menghadapi masalah yang kurang lebih sama. Seisi bumi melakukan kesalahan yang
itu-itu lagi. Mba Baby ingin membagikan kisahnya sehingga dapat menginspirasi,
menyemangati, atau bahkan memberikan solusi. Mba Baby mengakui tidaklah mudah
membuka kisah-kisah yang begitu personal kepada orang banyak. Namun
keinginannya untuk menyentuh kehidupan lebih besar dari perasaan tidak
nyamannya.
Selain itu bagi Mba Baby, menulis adalah self therapy.
Dia menyebutkan Teori Psikodinamis kepribadian manusia yang disampaikan oleh
Sigmund Freud. Alam sadar manusia diibaratkan sebagai puncak gunung es,
sementara alam bawah sadar (bagian yang jauh lebih besar) adalah gunung es yang
tersembunyi di bawah permukaan laut. Jika seseorang terus-menerus memendam
beban hidup dan masalah, lama-lama dia bisa meledak. Bagian inilah yang
berusaha dikeluarkan pelan-pelan oleh Mba Baby melalui tulisan.
Dia berkata, pernah ada suatu masa ketika hidupnya terlalu
berat hingga banyak tenaga dan perhatian tersita. Selama sembilan sampai
sepuluh tahun, Mba Baby nyaris tidak menghasilkan karya seni apa pun. Dia tidak
menulis, menggambar, main piano bahkan tidak berelasi dengan orang lain seperti
misalnya ikut reuni. Nyatanya, endapan sekian tahun inilah yang melahirkan
novel Desa—buku yang tebalnya hampir mencapai seribu halaman dan dia sebut
sebagai master piecenya.
Ragam Rasa Kembangmanggis
Mba Baby banyak mengangkat tentang wong cilik dalam
ceritanya karena merekalah yang mendorongnya untuk menulis.
Inspirasi terbesar buat Mba Baby adalah alam, makhluk hidup,
orang lugu yang tangguh menjalani nasib, difabel, serta orang dengan gangguan
kejiwaan. Alasannya, karena sosok tersebut mampu memunculkan empati dan
melembutkan hati Mba Baby yang cenderung keras.
Membaca dari Gramedia Digital (Dokumen foto pribadi) |
Dia pernah memenangi lomba menulis sebagai juara satu, di
mana salah satu juri lomba adalah penulis idolanya, Umar Kayam. Penulis
Novel Para Priyayi itu bilang bahwa karya sastra adalah karya tinggal
di kepala pembaca dan membuatnya berpikir—tidak hilang begitu saja. Itulah
salah satu alasan Mba Baby sengaja menulis dengan ringan. Permasalahan atau
topik yang berat perlu disampaikan dengan sederhana, agar mudah dipahami dan
engga bikin orang malas baca. Lebih baik lagi, jika setelahnya membuat orang
berpikir.
Mba Baby tidak keberatan jika tulisannya diangkat ke layar
kaca atau layar lebar. Namun karena tidak pernah terpikirkan akan hal ini, Mba
Baby kesulitan menjawab ketika ditanya siapa aktor/ aktris yang sesuai untuk
memerankan tokoh-tokohnya. Rupanya dia juga tidak mengikuti perkembangan
bintang-bintang baru di Indonesia.
Tip untuk Penulis
Mba Baby bilang, dirinya bukanlah seorang tipe penulis yang
disiplin. Dia tidak punya ritual khusus. Dia menulis jika sempat saja. Ada
kalanya dia tidak sempat menulis sama sekali karena sibuk mengurus toko dan
hal-hal domestik. Namun jika dia menginginkan sesuatu, dia bisa mengerjakannya
siang dan malam.
Sumber gambar: rbrudolph/pixabay.com |
Untuk menghadapi kebuntuan menulis, Mba Baby menyarankan beberapa hal. Pertama, keluar rumah. Berkendara, bertemu orang baru, naik angkot, atau pergi ke pasar.
Kedua, banyak membaca. Jika muncul greget saat
membaca sebuah buku, kita bisa meniru cara penulisannya dan menyalurkannya pada
tulisan kita sendiri.
Ketiga, libatkan kelima indera untuk memperkaya tulisan.
Keempat, membebaskan pikiran dan tangan untuk bergerak
tanpa rasa takut. Pembunuh kreativitas adalah rasa takut. Bagaimana kalau
tulisanku kurang bagus? Bagaimana kalau aku dianggap kurang cerdas? Bagaimana
kata orang nanti?
Bersikukuh membuat tulisan yang banyak pesan memang biasanya
sulit. Apalagi mencoba mengubah tulisan dengan teknik lain. Ide awal
menjadi over processed dan kehilangan gregetnya. Ibaratnya seperti besi
panas yang keburu mendingin, sehingga sulit dibentuk.
Kelima, mencatat, Meski tidak bisa setiap saat menulis, Mba
Baby punya buku catatan kecil. Tiap kali ada hal menyentuh atau berkesan, dia
akan menuliskannya di buku tersebut. Menurutnya, jika tidak segera dicatat,
kesan akan mudah menguap dan hilang.
Pengalaman yang menyentuh hati adalah amunisi penting dalam
menulis. Karena jika tidak menyentuh kita sebagai penulisnya, bagaimana kita
bisa membuat sebuah tulisan yang hidup dan menyentuh orang lain?
Untuk menciptakan tokoh yang terus dikenang pembaca dia
menyarankan dua hal: menjadikan sosok nyata sebagai inspirasi atau menciptakan
tokoh dari imajinasi.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, Mba Baby banyak
menulis tentang kedua anaknya dan orang-orang di sekitarnya. Ketika ditanya
apakah anak-anaknya pernah keberatan dengan cerita ibu mereka, dia menjawab
tidak. Bahkan, putrinya yang pada saat webinar berada di dekat Mba Baby juga
menjawab tidak. 😊
Dalam relasinya dengan anak-anak, Mba Baby selalu
mengutamakan kejujuran. Tak masalah bahwa kejujuran mereka nantinya
berbenturan dan menimbulkan pertengkaran. Itu lebih baik daripada dipendam dan
berpura-pura semuanya baik-baik saja. Salah satu contohnya adalah percakapan
tentang keperawanan dengan putrinya di buku Secangkir Cokelat Panas.
Selain itu dia selalu minta izin kepada yang orang yang
bersangkutan sebelum menuliskan cerita tentang mereka. Bahkan kadang dia
membagi royalti dengan orang yang muncul dalam ceritanya!
Pesan bagi Dunia Literasi
Menulis adalah sebuah proses kreatif. Frustasi adalah risiko
alami dari pekerjaan ini. Yang membedakan adalah sikap. Fight or Flight.
Yang melarikan diri, ya tidak akan pernah melahirkan tulisan. Setidaklayak
apapun hal yang kita coba, prosesnya akan menuntun pada terbukanya jalan menuju
kreativitas.
Mba Baby setuju bahwa kreativitas masih kurang dihargai di
Indonesia. Era digital dan pandemi seolah semakin membuat suram dunia
perbukuan. Namun dia tetap menyemangati para penulis untuk tidak berhenti
menulis. Pena lebih tajam dari pada pedang. Tulisan yang baik bisa mengubah
hidup dan memperkaya hati seseorang.
Khusus untuk literasi anak, Mba Baby optimis, tulisan yang
baik mampu melengkapi kekurangan sistem pendidikan Indonesia saat ini. Sehingga
generasi muda tak hanya cerdas otak, tetapi juga cerdas hati. Untuk
menghasilkan tulisan yang bagus untuk anak dan remaja, Mba Baby menyarankan
untuk memulai dari menemukenali masalah. Masalah apa yang sedang banyak
dihadapi anak zaman sekarang? Mulailah menulis dari situ. Pikirkan
solusinya lalu angkat dalam cerita yang menyenangkan untuk dibaca.
Berangkat dari kecintaannya pada majalah Kuntjung, Mba
Baby antusias mendukung terwujudnya tabloid anak nusantara yang bisa
menjembatani kelas-kelas sosial yang berbeda.
Terima Kasih
Di penghujung acara, Mba Baby membacakan satu cerita dari
buku Sketsa Kembangmanggis kelima (yang belum terbit). Judulnya, "Terima
Kasih". Peserta webinar terhanyut menikmati suara Mba Baby yang
menceritakan seorang pria sederhana bernama Pak Jumu yang menentang kebiasaan
mengucapkan terima kasih.
Ah, jadi tak sabar membaca sketsa baru Kembangmanggis.
Semoga catatan singkat ini bisa mengobati kekecewaan kalian yang terlambat bergabung dengan chitchat SCBWI Indonesia semalam atau terkendala jaringan, ya.
Saya blm bisa ikut chit chat lg. Jd dpt pengetahuan baca blog tyas
ReplyDeleteKapan-kapan gabung lagi yuk, Mba..
DeleteSaya blm bisa ikut chit chat lg. Jd dpt pengetahuan baca blog tyas
ReplyDeleteMenarik banget perjalanan menulis Mbak Beby ya hebat pisan bisa berkarya di tengah kesibukan seabrek..
ReplyDelete