MISI yang datang setelah SIRI

Kalau mau bicara tentang novel MISI, saya tidak bisa melewatkan pembahasan tentang SIRI' yang saya ketahui dari podcast KepoBuku

Mungkin bukan cuma saya yang awalnya mengira bahwa ini novel tentang kawin siri. Koma atas di akhir kata siri memang rentan terabaikan. SIRI' dalam bahasa Bugis artinya adalah malu atau aib. 

Saya membaca SIRI' tahun lalu dari aplikasi Gramedia Digital. Ada hal-hal yang kurang cocok di hati tentang buku ini, tapi entah kenapa enggak bisa berhenti baca.

Isunya buerat dan buanyak, dan ada sedikit suudzon bahwa mba Asmaya memaksakan menjejalkan semuanya itu plus masih nekat menambahkan informasi setting tempat yang beragam. 
Tapi, ya itu tadi. Saya enggak berhenti membaca. Porsi sebanyak itu tetap saja readable dan (syukurlah) tidak menimbulkan depresi berlebihan setelah membacanya.
  
Di dalam novel SIRI' ada pembahasan tentang poligami, rasisme, konflik antar agama, orientasi seksual yang tidak mainstream, masalah antar orang tua dan anak, aturan adat yang menekan perempuan, sisi gelap politik dan bisnis, kebobrokan sistem pendidikan, gerakan pemberontakan dalam negeri, bunuh diri, pembunuhan terencana, dan ... mutilasi. 
Beberapa teman yang saya rekomendasikan novel ini langsung mlipir alon-alon.

Sampul Buku Siri' (sumber: gramedia.com)


Narasi yang bergerak cepat mendominasi isi novel SIRI;. Perpindahan POV dari sekian banyak tokoh berlangsung tanpa aba-aba. Masing-masing punya trauma dan lukanya sendiri, yang biasanya dimunculkan dalam kalimat italic
.
Di bagian awal novel, potongan-potongan kecil ini disebar begitu saja tanpa belas kasihan. Kalau kalian pernah lihat puzzle 500 pieces tumpah di lantai, pasti kalian tahu apa yang saya maksud.

Namun jalinan ceritanya rapi dan kuat, jadi kisahnya mengalir dengan baik. Kalau pun ada beberapa hal yang bisa saya kritik, itu adalah setting tempat dan pengulangan kalimat bercetak miring yang terlalu banyak. Selain itu karena ada terlalu banyak tokoh yang dibahas di dalam novel, porsi cerita masing-masing tokoh terasa nanggung dan kurang dalam. Tahu-tahu saja sudah habis dibaca.

Makanya saya senang banget ketika MISI muncul dan seolah 'menebus' kekurangan di atas. 

Sampul Buku MISI (sumber: gramedia.com)



Pembukaan novelnya pun jauh, jauh lebih menarik. Langsung kebayang kalau dibuat film. Setting tempatnya enggak terlalu banyak dan meski ada beberapa tokoh, fokus penceritaan hanya ada pada Misi (Yes, itu adalah nama tokoh utamanya) Jadi pembahasannya terasa lebih dalam. 

Porsi pengulangan kalimat-kalimat bercetak miring kali ini pas. Jadi tidak terasa mengganggu alur utama. Sebagai alternatif, penulis sesekali memasukkan lirik lagu yang jadi trigger luka-luka itu.

Sama seperti novel sebelumnya, MISI menggambarkan karakter perempuan secara manusiawi. Tidak hitam dan putih absolut seperti dongeng bawang merah dan putih. Semua memiliki sisi baik dan buruk. Ada yang manipulatif, bucin, diam seribu bahasa dan menanggung duka sendiri, kuat, praktis, ambisius, manja, dan lainnya. Namun dari sekian banyak karakter yang tersebar di sekian banyak kota, hampir semuanya mengalami tantangan yang muncul karena bias gender.

WARNING. 
Salah satu highlight di novel ini adalah pelecehan seksual dan bagaimana tokoh-tokoh yang mengalaminya mengatasi kejadian tersebut dengan cara yang berbeda. Isu rasisme, perbedaan agama, dan tradisi tetap muncul, meski tidak setajam di novel SIRI'. Begitu juga dengan ragam hubungan antara laki-laki dan perempuan dan berbagai drama dalam rumah tangga.

Penggunaan istilah asing, meski banyak, tidak sampai mengganggu kenikmatan membaca. Yang paling menarik buat saya adalah Pancasila yang dibaca dalam bahasa Toraja.

Dari sekian banyak tempat yang menjadi latar novel Misi, saya paling relate dengan penggambaran tentang London. Hujan, hiruk pikuk, beban hidup. Juga lelah dan depresi komunal yang terasa menyesaki transportasi umum. Meski Dublin tidak sebesar dan seramai London, I feel that.  

Menunggu LUAS di Dublin (Sumber: dokumen pribadi)



Ketika membaca bagian di mana Jess, si mantan foto model, kerja jadi tukang bersih-bersih di luar negeri, saya langsung teringat teman-teman di Dublin Karena saya tinggal cukup lama di hostel, saya bertemu dengan banyak orang baru dari berbagai negara. Mereka datang dengan uang dan barang seadanya, dan harapan besar untuk menemukan pekerjaan serta kehidupan yang lebih baik di Dublin. Tapi nyatanya, orang Eropa pun susah cari kerja di sana. Apalagi jika bahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus. Justyna, teman saya, mengeluhkan bahwa pekerjaan yang umumnya tersedia untuk orang Polandia sepertinya, adalah pekerjaan bersih-bersih. Tidak sedikit yang gagal dan akhirnya terpaksa pulang ke kampung halaman. Ada pula yang berakhir jadi gelandangan. Really heartbreaking. 

Bagian terbaik di novel ini bagi saya adalah fact reveal tentang nama Nek Tabi. Oh, you should read it yourself

Saya juga senaang sekali Mba Asmaya memberikan satu kejutan manis yang jujur tidak saya duga: pertemuan Misi dengan salah satu tokoh novel Siri' di Yunani. Langsung bisa ketebak siapa orangnya, kan?

Lanskap Momnevasia, Yunani (sumber: Wikipedia)



Akhir kata, pastikan kalian sedang sehat mental jiwa, dan raga ketika akan membaca novel ini. Meski tidak seberat SIRI', novel MISI juga masuk kategori novel disturbing. Makanya saya sedih sekali waktu melihat kategori novel ini di gramedia. Masa masuk novel romance? 

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan-perempuan Hebat di Drama Korea

Ngopi Bersama Alberthiene Endah

Kelas Menulis TaCita 2021 Bersama Kak Reda dan Kak Naya