Review Gelombang (SUPERNOVA)


Judul: GELOMBANG
Penulis: Dee Lestari
Penyunting: Ika Yuliana Kurniasih
Perancang sampul: Fahmi Ilmansyah
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun terbit: 2014
Jumlah halaman: 474
ISBN: 978-602-291-057-2

Ringkasan Cerita
Buku ini dibuka dengan lanjutan kisah Gio. Seseorang bernama Amaru menemui Gio dan memberinya petunjuk untuk pergi ke sebuah tempat guna menemui seseorang. Mungkinkah petunjuk ini ada hubungannya dengan Diva?

GELOMBANG sendiri berkisah tentang Ichon /Alfa, seorang anak laki-laki Batak yang lahir dan besar di Sianjur Mula-mula. Sejak bayi, Ichon selalu menangis jika mendengar gondang jenis tertentu. Karena itulah, ia selalu diungsikan jika ada upacara yang memainkan gondang. Ketika berusia dua belas tahun, Ichon ‘dipaksa’ mendengarkan Gondang yang memanggil arwah Raja Uti, roh Raja Batak yang paling sakti. Siapa sangka, kejadian malam itu membuat  hidupnya berubah total.

Ichon mulai bermimpi buruk setiap malam. Kemudian Nai Gomgom, Ompu Togu Urat, dan Ompu Ronggur Panghutur bergantian memberi petuah yang malah membuatnya makin pusing. Ichon hanya ingin hidupnya kembali normal (baca: kembali mengisi buku TTS dengan gambar sampul seronok bersama kedua kakak laki-lakinya atau membaca komik Kho Ping Hoo di atas pohon favoritnya). Sayang, yang terjadi adalah sebaliknya.

Secara mendadak, Ichon sekeluarga pindah ke Jakarta. Beberapa tahun kemudian, Ia harus bertahan hidup di Hobokken, sebuah lingkungan kumuh nan keras di Amerika, sebagai imigran gelap. Jalan hidup mempertemukannya dengan orang-orang yang tepat. Tapi kerja keraslah yang membuatnya berhasil kuliah di Cornell dan bekerja di Andormeda Kapital.

Setelah bertahun-tahun bertahan dengan cat nap, rutinitas Alfa buyar ketika ia bertemu Ishtar. Titik itu mempertemukannya dengan Dr. Nicky Evans yang bekerja di Somniverse Sleep Centre dan Dr Kalden Sakya, seorang dokter dari sistem medis Tibet.

To start with…
Cepat. Itulah kata yang paling tepat menggambarkan GELOMBANG. Buku ini tidak memberi saya sedikitpun kesempatan untuk bosan. Dan ketika sudah selesai - seperti yang saya alami dengan semua buku berseri yang bagus- saya menyesal. Saya bahkan tidak tahu kapan buku selanjutnya akan terbit.

Harus saya akui, saya gagal memandang GELOMBANG sebagai ‘individu’. Ketika membacanya, saya selalu teringat dengan empat pendahulunya yang lain. Ya, saya adalah satu dari jutaan penggila SUPERNOVA. Tapi GELOMBANG lah yang membuat kekaguman saya pada penulisnya semakin bertambah.

Consistency is gold
Setahu saya, sejak awal ditulisnya, SUPERNOVA memang sudah direncakan akan hadir dalam beberapa buku. Selama empat belas tahun, SUPERNOVA hadir menandai kejadian penting dalam hidup saya (yang paling berkesan adalah setelah empat malam begadang membaca PARTIKEL, pada malam keenam air ketuban saya pecah). Saya yakin hidup Dee juga mengalami perubahan. Saya penasaran, apakah blue print SUPERNOVA mengalami penyesuaian di tengah jalan? Atau kelima bukunya dibuat persis sesuai dengan rencana awal?

Research, research and research
Sebagai orang yang sedang belajar menulis, saya selalu geleng-geleng tiap kali buku SUPERNOVA terbit. Saya yakin Dee melakukan riset yang serius, baik mengenai setting tempat maupun teori-teori yang diangkat dalam buku. Michael Crichton pernah bercerita bahwa untuk menyelesaikan novel Timeline, ia melakukan riset selama dua tahun. Jadi saya hanya bisa bilang, a thorough research never let an author down. Amen.

Who found who?
Kalau saya memiliki kesempatan bertemu Dee secara langsung, pertanyaan pertama yang akan saya ajukan adalah: Bagaimana cara anda menciptakan karakter yang kuat? Karakter-karakter SUPERNOVA yang terasa ‘nyata’ membuat saya membaca ulang bukunya sampai dua-tiga kali (sesuatu yang TIDAK pernah saya lakukan dengan buku lain). Hingga pada suatu titik saya merasa bahwa saya tumbuh besar bersama mereka semua. Did she find them? or did they find her and sank their teeth in her, until she wrote their stories?

Bold, but hilariously elegant
Namun yang paling membuat saya kagum adalah keberanian Dee ‘menyinggung’ budaya, ras dan agama tertentu. Pujian yang sama juga saya berikan pada editor dan penerbit. Bodhi beragama Budha, Elektra adalah keturunan Tionghoa yang beragama Kristen, Zarah adalah keturunan Arab yang beragama Islam, dan Alfa adalah anak Batak yang memeluk agama malim.  

Tak terhitung berapa kali saya melihat syarat “TIDAK MENYINGGUNG SARA” dipasang oleh penerbit sebagai syarat mengirimkan tulisan. Terus terang menurut saya ini agak kurang adil. Kenyataannya, dunia memang dihuni manusia yang beragam, kan? Ada suku X, agama Y, dan kelompok Z. Saya sih lebih suka menganggap perbedaan sebagai kekayaan dan merayakannya secara positif, daripada cari aman di balik kalimat “…namun kita tetap sama jua”.

Jadi ketika membaca halaman 68-69,
Apa rasanya bangun pagi dan tiba tiba menjadi Albert Einstein? Itulah yang harus dihadapi setiap hari oleh abangku Eten…nasib malang berikutnya menimpa abangku nomor dua, Uton. Dinamai Sir Isaac Newton oleh Bapak, yang saat itu mungkin tidak tahu bahwa membubuhkan “Sir” di akta kelahiran ibarat menamai anaknya “Tuan” atau “Nyonya”…Lalu, aku, Thomas Alfa Edison. Lagi-lagi, Bapak meleset sedikit. Atau, petugas catatan sipil yang meleset.

dan halaman 70,
Sudah umum mendapati orang Batak dengan nama tokoh besar yang dicomot seenaknya. Aku kenal seorang George Washington, seorang Elvis Presley, dan seorang Muhammad Ali yang bergereja di HKBP.

saya langsung ngakak karena teringat pada sahabat baik saya waktu SD yang berasal dari Batak. Saya ngakak sama kerasnya ketika membaca halaman 157, di mana Jansen mencak-mencak mengkonfrontasi Alfa si ‘kuasa kegelapan”.  Mau tak mau saya jadi ingat pada Iblis Epilepsi dan Yohanes pasal 22 di seri PETIR.

To end with…
Eksistensi sarvara, infiltrant dan harbinger menggoda saya untuk berandai-andai. Jika bisa memilih, mau jadi yang manakah saya? Orang yang selalu ingat, selalu lupa, atau selalu mencegah? Saya belum sempat menjawabnya.

Untuk saat ini, saya hanya bisa mengharapkan datangnya 'pukulan dahsyat' ketika Intelegensia Embun Pagi akhirnya diturunkan menjadi tirai penutup SUPERNOVA

Comments

Popular posts from this blog

Perempuan-perempuan Hebat di Drama Korea

Ngopi Bersama Alberthiene Endah

Kelas Menulis TaCita 2021 Bersama Kak Reda dan Kak Naya